Punya temen (nama dirahasiakan)

Sebenernya ini cerita singkat temen sekelas gue tapi gue pos aja disini. isinya sebenarnya fakta yg digabungkan beberapa fantasi dari imajinasi yg ada diotak sipembuat cerpen ini. tokoh2nya juga berasal dari temen sekelas...

{Reza Gustiar}
Memory..

"ayo sayang, kita pulang." seorang gadis jelita dengan langkah riang dan senyum manis terkembang berjalan mendekatiku, merangkul lenganku, dan kami berjalan pulang.
Namanya ilia, dia kekasihku, nafasku, segalaku.
Dan namaku rezta.


Hari terakhir di bulan februari..
"rez, dimana ilia?" tanya sahabatku elric. Saat itu kami sedang melakukan kegiatan bakti sosial dari sekolah dengan membagikan nasi bungkus kepada penghuni jalan yang membutuhkan.
"dia sakit." jawabku.
Kami menyusuri jalan membagikan makanan sampai mataku berhenti di sebuah warung tenda roti bakar.
"rez Itu ilia?" tunjuk elric ke arah seorang gadis yang tengah bercanda mesra bersama pria sebaya kami.
"iya, itu ilia... Aduh hehe kau jangan bilang wali kelas kita yang galak itu ya ilia membolos bakti sosial ini? Dia bisa dimarahi... Ayo.." jawabku.
"melihatnya bersama pria lain. Melihatnya tertawa karena pria lain. Kejadian itu sudah sering terjadi. Dia dan pria lainnya...
Tapi kusimpan kesedihan itu dalam senyum.
Karena aku mencintainya..." curhatku pada marini sahabat baikku.
marini membisikkan sesuatu padaku.
"cinta tidak bodoh rez.. Lebih baik kau sendirian daripada bersama seseorang yang hanya membuatmu seperti sendirian."


ya, aku bodoh... Dan sendirian.
Karena terlalu salah mencintai dan mengartikan hidup ini.


Kutulis dalam memori,
"aku belajar banyak dalam hidup yang singkat ini.
Cara memberi, dan menghargai..
Namun ada 2 hal pelajaran yang takkan kulupakan dalam 1 bulan ini..
Aku belajar untuk mencintai, dan melepasnya.."



Forever..

Beberapa bulan setelahnya..
"bengong liat cewe berjilbab yang mirip sama dia?" ejek demanto padaku.
"aku penasaran, seperti apa rambut ilia?" elric nimbrung.
"kudengar dia pindah ya?" tanya aldio dan ahmas berbarengan.
"ya.." jawabku lesu. "bisa ganti topik? Atau aku harus mengiris telingaku agar tak mendengar kalian menyebut namanya?"
elric menyodorkan pisau warung padaku.
Sial, aku dikelilingi teman teman yang bodoh.
"kau bercanda kan?!" tanpa sadar kudorong alrpian ke tembok. Lengannya lecet berdarah.
Aku berlari tak tentu arah, dan berakhir di ujung sore di pinggir pantai desa.
Kubuka lagi lembaran kertas yang diberi alrpian..

"rez apa kabarmu?
Semoga baik selalu ya?
Rez, bagiku kau adalah tipe pria yang akan terus berjuang untuk cintanya. Takkan menyerah apapun yang terjadi.
Itulah sesuatu yang kucintai dan kutakuti dalam dirimu..
Aku sakit.
Sejak kecil aku tahu sampai mana batas hidupku.
Sejak kecil aku takut jatuh cinta dan dicintai.
Sejak kecil aku takut kehilangan.
Sampai aku bertemu denganmu..

Aku begitu mencintaimu. Terlalu menyayangimu..
Bisakah kau memaafkanku jika kukatakan alasan sebenarnya? Aku dan pria lainnya?
Karena aku ingin kau pergi dan melanjutkan hidupmu tanpaku..
Aku tak bisa membayangkan kau menangisi jasadku..

Rez..
Sejauh apapun hidup memisahkan kita..
Percayalah..
Takkan ada yang bisa mencintaimu, sebesar aku mencintaimu...

Ilia."

hari berlalu..
ilia mungkin tersenyum saat aku mendatangi makamnya tanpa tangis...

"tuhan, jaga ilia.. Saat aku tak bisa.."

{Eldo Ricardo}
Darkness..

"menurutku tuhan adalah maha segalanya, sekaligus komedian terbesar yang pernah ada."

Namaku elric.

"kenapa setan kakinya ga napak?" tanyaku.
"belom bayar pajak!" jawab aldio.
"ya! Salah."
"takut cacingan!" aldio lagi.
"salaaah!"
"yaudah apaan? Hmm." tanya demanto sambil diam diam memasukkan korek ahmas ke sakunya.
"karena setan ga punya uang buat beli sepatu macbeth! Hahaha!"
Aldio mangap, ahmas lanjut mengetik, demanto garuk garuk si otong.
"hahaha! Ketawa ateuh kutu tongo! Kan kita mau bantuin elric biar siap di panggung festival desa!" roy marah marah.
"materi kurang tuh ric, tema horror bukan?"
"bukan, pemandangan sama sex bebas." aldio mencengkram bokong ahmas dan menggoyangnya. Ahmas teriak teriak, "@$%#&!!"
"roy, terjemahin."
"katanya 'god oh yes no' de."
"bwahaha!"
semuanya tertawa. Para sahabatku yang agak miring ini..
"kita dukung kau ric. Kita bakal ketawa paling keras."
"kau pasti bisa. Kau berbakat nak." puji aldio dengan nada suara bijak ala bintang iklan sabun colek.

Ketika malam, di jalan setapak menuju rumahku.
Aku berceloteh sendiri dalam hati.
Tertawa adalah sebuah mukjizat. Komedian adalah para nabi. Dan orang kafir adalah mereka yang tak tertawa saat menyaksikanku tampil nanti!
Tuhan, berilah penduduk desa pencerahan dan jauhkan dari kekafiran. Amin.

"ah..!" keluhku tiba tiba di depan pintu rumahku.
Hening, dingin, sendirian.
3 unsur itu, ditambah pekat gelap malam, memanggil 'dirinya' untuk datang.
Gelombang gelap itu menerkam dan membuatku jatuh tak sadarkan diri.


Show..

"tau ga kalo senyum nyawa kita nambah 1 menit?" tanya ahmas.
"engga." semua kompak.
Entah ilmu gaib atau apa, yang jelas aku sering mengalami hal seperti ini. Aku sering tiba tiba jatuh tak sadarkan diri.
"udah enakan? Jangan sakit ya, kamu kan janji mau menang di festival nanti." ucap seorang wanita berkaca mata yang tengah mengusap dahiku.
Kekasihku, tessy.

Di hari pertunjukkan.
"medis!!!" roy berteriak panik.
Tessy membentur ujung kursi saat menahanku yang tiba tiba tak sadarkan diri seperti biasa. Luka di kepalanya cukup serius.
"tessy?!" aku memanggil namanya, refleks setelah akhirnya tersadar. Rezta meyakinkanku agar tenang.
"dia di kamar sebelah. Keadaannya kritis." jelas demanto.
Oh tuhan..
"de ada televisi di ruangan tessy?" tanyaku.
"ada ric."
Aku berlari keluar ruangan, keluar rumah sakit, menuju festival desa.
Aku harus menepati janjiku!

Saat malam tiba.
"ric... Tessy, ric... Tessy..." ucap demanto pilu sesampainya aku di rumah sakit.
Tidak!
Kuterobos pintu ruangannya.
"selamat!!" tessy tersenyum manis, "kamu menepatinya. Aku senyum aku ketawa di 10 menit pertunjukan kamu! Kamu berhasil memperpanjang nyawa aku.. Hehe..
Cinta.. Kamu bakal jadi orang yang hebat!"

kubuka mataku. Aku terbaring di depan pintu ruangan tessy.
Apa?
Jadi tadi...
Teman temanku merangkulku agar aku tenang. Namun air mata ini tak bisa berhenti saat melihat dirinya diselimuti oleh kain putih itu.

Kutancapkan piala festival di atas makamnya..

"kamu selalu jadi senyum aku..
Alasan aku buat tetap maju..."
  
{Asep Royani}
Stupid..

Aku memandanginya dari jauh...
Tersenyum saat dirinya tersenyum...
Gelisah saat dirinya bersedih...

"woy si roy bikin puisi!!!" alrpian merebut kertasku dan mengedarkannya ke komplotan bajingan yang merupakan sahabat sahabatku. Mereka semua tertawa terpingkal.

Namaku roy.

Ingatanku melayang pada kejadian hari itu...
Hari dimana semuanya berubah...
Hari dimana ia mulai membenciku.

'Gadis sekelasku itu bernama belle.

Dia selalu tersenyum padaku. Perhatian padaku..
Aku mengartikan itu semua dengan nama cinta. Tapi agaknya tidak dengannya. Baginya, kami hanyalah sahabat. Dan akan terus begitu..
Waktu itu hari hujan. Kami pulang bersama dan berteduh di pos jaga yang kosong.
Kulihat belle menggigil kedinginan, kudekap dirinya tanpa basa basi. Kupandangi lekat wajahnya yang bingung, kudekatkan bibirku untuk menciumnya..
Tamparan keras yang berbunyi lebih nyaring dari petir mendarat di pipiku.
Tanpa berkata apa apa belle pergi..
Sejak saat itu, dia tak pernah berbicara denganku lagi...'
di sekolah. Waktu istirahat.
"hidup itu kaya gambar, bakalan lebih indah kalo pake senyum!" sapa dita, sahabat perempuan yang cukup dekat denganku.
"ah kau..." ucapku tak bersemangat lalu membuang muka.
"roy, ini kue buatanku, kau mau mencobanya?" dita menawariku sekotak kue.
Aku menguap ngantuk, saat itu tanganku tak sengaja mendepak tangannya yang tengah menggenggam kotak kue itu.
"oh maaf. Sampai nanti." aku pergi dengan sikap dingin dan bahkan tak melirik kue kue yang jatuh berceceran di lantai karena ulahku.


Destiny..

3 tahun berlalu, namun perasaanku terhadapnya sama sekali tidak terusik waktu.
Penyesalanku pun masih terus menyengat jiwa..

"woy si roy bikin puisi!!!" seru alrpian. Teman teman bodohku langsung mengelilingiku dan tertawa bersama sama.
Ini kisah 3 tahun lalu.
Kusemprotkan minyak wangi favorit di baju baruku.
Kuminyaki rambutku yang memang terbatas di bagian depan.
Aku siap. Akan kurebut hati belle! Aku akan minta maaf padanya. Dan mencurahkan segalanya.
Kuputar gagang pintuku.
"hey." sapa belle di depan pintuku.
"ini." belle menyerahkan undangan pernikahannya.
"sampai jumpa." pamit belle.
Aku berdiri tak bergerak selama 2 jam kedepan didepan pintu.

Aku hancur saat itu..
Sampai dia datang...
"dita?"
"ini. Kuharap kau akan menyukainya kali ini.. Aku ikut les tata boga sejak lulus. Semua untukmu.." dita memberiku sekotak kue.

Selama ini..
Dita lah yang perhatian padaku..
Kemana saja aku selama ini?

Akhirnya hari itu.
"dita?"
"ya?"
kugenggam tangannya erat.
"menikahlah denganku.."
di hari pernikahan.
Aku menunggu cintaku yang selama ini tertutup kebodohanku.. Dita.. Sebentar lagi sayang..
"anda pak roy?" tanya seorang petugas.
"ya, saya roy."
"maaf pak, rombongan mempelai wanita, beserta ibu dita mengalami kecelakaan serius..
Tidak ada yang selamat..."

Cincin pernikahanku jatuh berdenting bersama air mataku..
Aku hanya menatap acara pemakamanmu dari jauh... Karena aku tak sanggup.
"jika semua penyesalan ini tiba di awal..
Mungkin sekarang..

Kita telah hidup bahagia berdua..."
Share: